PETROGRAFI BATUAN BEKU
V.1.
Klasifikasi Batuan Beku
Batuan
beku adalah batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma. Karena
hasil pembekuan, maka ada unsur kristalisasi material penyusunnya.
Komposisi mineral yang menyusunnya merupakan kristalisasi dari
unsur-unsur secara kimiawi, sehingga bentuk kristalnya mencirikan
intensitas kristalisasinya. Didasarkan
atas lokasi terjadinya pembekuan, batuan beku dikelompokkan menjadi
dua yaitu betuan beku intrusif dan batuan beku ekstrusif (lava).
Pembekuan batuan beku intrusif terjadi di dalam bumi sebagai batuan
plutonik; sedangkan batuan beku ekstrusif membeku di permukaan bumi
berupa aliran lava, sebagai bagian dari kegiatan gunung api. Batuan
beku intrusif, antara lain berupa batholith, stock (korok), sill,
dike (gang) dan lakolith dan lapolith (Gambar V.1).
Gambar V.1 Macam-macam
morfometri intrusi batuan beku, yaitu batholith, stock, sill dan
dike
Karena pembekuannya di dalam, batuan beku intrusif memiliki kecenderungan tersusun atas mineral-mineral yang tingkat
kristalisasinya lebih sempurna dibandingkan dengan batuan beku ekstrusi. Dengan demikian, kebanyakan batuan beku intrusi dalam (plutonik), seperti intrusi batolith, bertekstur fanerik, sehingga tidak membutuhkan pengamatan mikroskopis lagi. Batuan beku hasil intrusi dangkal seperti korok gunung api (stock), gang (dike), sill, lakolith dan lapolith umumnya memiliki tekstur halus karena sangat dekat dengan permukaan.
Jenis dan sifat batuan beku ditentukan dari tipe magmanya. Tipe magma tergantung dari komposisi kimia magma. Komposisi kimia magma dikontrol dari limpahan unsur-unsur dalam bumi, yaitu Si, Al, Fe, Ca, Mg, K, Na, H, dan O yang mencapai hingga 99,9%. Semua unsur yang berhubungan dengan oksigen (O) maka disebut sebagai oksida, SiO2 adalah salah satunya. Sifat dan jenis batuan beku dapat ditentukan dengan didasarkan pada kandungan SiO2 di dalamnya (Tabel V.1).
kristalisasinya lebih sempurna dibandingkan dengan batuan beku ekstrusi. Dengan demikian, kebanyakan batuan beku intrusi dalam (plutonik), seperti intrusi batolith, bertekstur fanerik, sehingga tidak membutuhkan pengamatan mikroskopis lagi. Batuan beku hasil intrusi dangkal seperti korok gunung api (stock), gang (dike), sill, lakolith dan lapolith umumnya memiliki tekstur halus karena sangat dekat dengan permukaan.
Jenis dan sifat batuan beku ditentukan dari tipe magmanya. Tipe magma tergantung dari komposisi kimia magma. Komposisi kimia magma dikontrol dari limpahan unsur-unsur dalam bumi, yaitu Si, Al, Fe, Ca, Mg, K, Na, H, dan O yang mencapai hingga 99,9%. Semua unsur yang berhubungan dengan oksigen (O) maka disebut sebagai oksida, SiO2 adalah salah satunya. Sifat dan jenis batuan beku dapat ditentukan dengan didasarkan pada kandungan SiO2 di dalamnya (Tabel V.1).
Tabel
V.1. Tipe batuan beku dan sifat-sifatnya (Nelson, 2003)
Tipe Magma
|
Batuan Vulkanik
|
Batuan Plutonik
|
Komposisi Kimia
|
Suhu
|
Kekentalan
|
Kandungan Gas
|
Basaltic | Basalt | Gabbro |
SiO2 45-55 %: Fe, Mg, Ca tinggi,
K dan Na rendah |
1000 - 1200 oC | Rendah | Rendah |
Andesitic | Andesit | Diorit | SiO2 55-65 %, Fe, Mg, Ca, Na, K sedang | 800 - 1000 oC | Intermediat | Intermediat |
Rhyolitic | Rhyolit | Granit |
SiO2 65-75 %, Fe, Mg, Ca rendah,
K dan Na tinggi |
650 - 800 oC | Tinggi | Tinggi |
Menurut
keterdapatannya, berdasarkan tatanan tektonik dan posisi pembekuannya
(Tabel V.2), batuan beku diklasifikasikan sebagai batuan intrusi
plutonik (dalam) berupa granit, syenit, diorit dan gabro. Intrusi
dangkal yaitu dasit, andesit, basaltik andesitik, riolit, dan batuan
gunung api (ekstrusi yaitu riolit, lava andesit, lava basal.
Tabel
V.2. Klasifikasi batuan beku berdasarkan letak / keterdapatannya.
Keterdapatannya
|
Asam
|
Intermediet
|
Basa
|
||||
Plutonik
(intrusi)
|
Granit, Syenit
|
Diorit
|
Gabro
|
||||
intrusi dangkal
|
Dasit - Riodasit
|
Andesit
|
Basaltik-
andesitik
|
||||
Vulkanik:
Dengan Tatanan
tektonik
|
Busur magmatik
|
Riolitik
|
Andesitik
|
Basaltik
|
|||
Belakang busur
|
Trakitik
|
Trakitik
|
Basalt trakitik
|
||||
Mid oceanic
ridges
|
-
|
-
|
Lava basalt
|
Berdasarkan
komposisi mineralnya, batuan beku dapat dikelompokkan menjadi tiga,
tergantung dari persentase mineral mafik dan felsiknya. Secara umum,
limpahan mineral di dalam batuan, akan mengikuti aturan reaksi Bowen.
Hanya mineral-mineral dengan derajad kristalisasi tertentu dan suhu
kristalisasi yang relatif sama yang dapat hadir bersama-sama (sebagai
mineral asosiasi; Tabel V.3)
Tabel V.3. Bowen reaction series yang berhubungan
dengan kristalisasi mineral penyusun dalam batuan beku
V.2.
Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi Mineralnya
- Kelompok batuan beku intrusi plutonik
1)
Batuan beku basa dan ultra-basa: dunit, peridotit
Kelompok
batuan ini terbentuk pada suhu 1000-1200o C, dan melimpah
pada wilayah dengan tatanan tektonik lempeng samudra, antara lain
pada zona pemekaran lantai samudra dan busur-busur kepulauan tua.
Dicirikan oleh warnanya gelap hingga sangat gelap, mengandung mineral
mafik (olivin dan piroksen klino) lebih dari 2/3 bagian; batuan
faneritik (plutonik) berupa gabro dan batuan afanitik (intrusi
dangkal atau ekstrusi) berupa basalt dan basanit. Didasarkan atas
tatanan tektoniknya, kelompok batuan ini ada yang berseri toleeit,
Kalk-alkalin maupun alkalin, namun yang paling umum dijumpai adalah
seri batuan toleeit.
Kelompok
batuan basa diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar dengan
didasarkan pada kandungan mineral piroksen, olivin dan plagioklasnya;
yaitu basa dan ultra basa (Gambar V.2). Batuan beku basa mengandung
mineral plagioklas lebih dari 10% sedangkan batuan beku ultra basa
kurang dari 10%. Makin tinggi kandungan piroksen dan olivin, makin
rendah kandungan plagioklasnya dan makin ultra basa (Gambar V.2
bawah). batuan beku basa terdiri atas anorthosit, gabro, olivin
gabro, troktolit (Gambar V.2. atas). Batuan ultra basa terdiri atas
dunit, peridotit, piroksenit, lherzorit, websterit dan lain-lain
(Gambar V.2 bawah).
Gambar V.2 Klasifikasi
batuan beku basa (mafik) dan ultra basa (ultra mafik; sumber IUGS
classification)
2)
Batuan beku asam - intermediet
Kelompok
batuan ini melimpah pada wilayah-wilayah dengan tatanan tektonik
kratonik (benua), seperti di Asia (daratan China), Eropa dan Amerika.
Kelompok batuan ini membeku pada suhu 650-800oC. Dapat
dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu batuan beku kaya kuarsa,
batuan beku kaya feldspathoid (foid) dan batuan beku miskin kuarsa
maupun foid. Batuan beku kaya kuarsa berupa kuarzolit, granitoid,
granit dan tonalit; sedangkan yang miskin kuarsa berupa syenit,
monzonit, monzodiorit, diorit, gabro dan anorthosit (Gambar V.3).
Jika dalam batuan beku tersebut telah mengandung kuarsa, maka tidak
akan mengandung mineral foid, begitu pula sebaliknya.
Gambar V.3 Klasifikasi
batuan beku bertekstur kasar yang memiliki persentasi kuarsa, alkali
feldspar, plagioklas dan feldspathoid lebih dari 10% (sumber IUGS
classification)
(b)
Kelompok batuan beku luar
Kelompok
batuan ini menempati lebih dari 70% batuan beku yang tersingkap di
Indonesia, bahkan di dunia. Limpahan batuannya dapat dijumpai di
sepanjang busur vulkanisme, baik pada busur kepulauan masa kini,
jaman Tersier maupun busur gunung api yang lebih tua. Kelompok batuan
ini juga dapat dikelompokkan sebagai batuan asal gunung api. Batuan
ini secara megaskopis dicirikan oleh tekstur halus (afanitik) dan
banyak mengandung gelas gunung api. Didasarkan atas kandungan
mineralnya, kelompok batuan ini dapat dikelompokkan lagi menjadi tiga
tipe, yaitu kelompok dasit-riolit-riodasit, kelompok
andesit-trakiandesit dan kelompok fonolit (Gambar V.4).
Gambar V.4 Klasifikasi
batuan beku intrusi dangkal dan ekstrusi didasarkan atas kandungan
kuarsa, feldspar, plagioklas dan feldspatoid (sumber IUGS
classification)
Tata
nama tersebut bukan berarti ke empat unsur mineral harus menyusun
suatu batuan, dapat salah satunya saja atau dua mineral yang dapat
hadir bersama-sama. Di samping itu, ada jenis mineral asesori lain
yang dapat hadir di dalamnya, seperti horenblende (amfibol), piroksen
ortho (enstatit, diopsid) dan biotit yang dapat hadir sebagai mineral
asesori dengan plagioklas dan feldspathoid.
Pada
prinsipnya, feldspatoid adalah mineral feldspar yang terbentuk karena
komposisi magma kekurangan silika, sehingga tidak cukup untuk
mengkristalkan kuarsa. Jadi, limpahan feldspathoid berada di dalam
batuan beku berafinitas intermediet hingga basa, berasosiasi dengan
biotit dan amfibol, atau biotit dan piroksen, dan membentuk batuan
basanit dan trakit-trakiandesit. Batuan yang mengandung plagioklas
dalam jumlah yang besar, jarang atau sulit hadir bersama-sama dengan
mineral feldspar, seperti dalam batuan beku riolit.
V.3.
Struktur Batuan Beku
- Masif: padat dan ketat; tidak menunjukkan adanya lubang-lubang keluarnya gas; dijumpai pada batuan intrusi dalam, inti intrusi dangkal dan inti lava; Ct: granit, diorit, gabro dan inti andesit
- Skoria: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas dengan susunan yang tidak teratur; dijumpai pada bagian luar batuan ekstrusi dan intrusi dangkal, terutama batuan vulkanik andesitik-basaltik; Ct: andesit dan basalt
- Vesikuler: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas dengan susunan teratur; dijumpai pada batuan ekstrusi riolitik atau batuan beku berafinitas intermediet-asam.
- Amigdaloidal: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas, tetapi telah terisi oleh mineral lain seperti kuarsa dan kalsit; dijumpai pada batuan vulkanik trakitik; Ct: trakiandesit dan andesit
Gambar V.5 Struktur
batuan beku masif; terbentuk karena daya ikat masing-masing mineral
sangat kuat, contoh pada granodiorit dengan
komposisi mineral plagioklas berdiameter >1 mm (gambar atas) dan
granit (gambar bawah) dengan komposisi kuarsa dan ortoklas anhedral
dengan diameter >1 mm
V.4. Tekstur Batuan Beku
Tektur
batuan menggambarkan bentuk, ukuran dan susunan mineral di dalam
batuan. Tektur khusus dalam batuan beku menggambarkan genesis proses
kristalisasinya, seperti intersertal, intergrowth atau zoning. Batuan
beku intrusi dalam (plutonik) memiliki tekstur yang sangat berbeda
dengan batuan beku ekstrusi atau intrusi dangkal. Sebagai contoh
adalah bentuk kristal batuan beku dalam cenderung euhedral, sedangkan
batuan beku luar anhedral hingga subhedral (Tabel V.4.)
Tabel V.3. Tekstur batuan beku pada batuan beku intrusi dalam,
intrusi dangkal dan ekstrusi dan pada batuan vulkanik
Jenis batuan
Tekstur
|
Intrusi
dalam (plutonik)
|
Intrusi
dangkal dan Ekstrusi
|
Batuan
Vulkanik
|
Fabrik
|
Equigranular
|
Inequigranular
|
Inequigranular
|
Bentuk
kristal
|
Euhedral-anhedral
|
Subhedral-anhedral
|
Subhedral-anhedral
|
Ukuran
kristal
|
Kasar
(> 4 mm)
|
Halus-sedang
|
Halus-kasar
|
Tekstur
khusus
|
-
|
Porfiritik-poikilitik
Ofitik-subofitik
Pilotaksitik
|
Porfiritik: intermediet-basa
Vitroverik-Porfiritik:
Asam-intermediet
|
Derajad
Kristalisasi
|
Holokristalin
|
Hipokristalin
Holokristalin
|
Hipokristalin
Holokristalin
|
Tekstur
khusus
|
-
|
Perthit-perlitik
|
Zoning
pada plagioklas, tumbuh bersama antara mineral mafik dan
plagioklas dan intersertal
|
a)
Tekstur trakitik
- Dicirikan oleh susunan tekstur batuan beku dengan kenampakan adanya orientasi mineral arah orientasi adalah arah aliran
- Berkembang pada batuan ekstrusi / lava, intrusi dangkal seperti dike dan sill
- Gambar V.7 adalah tekstur trakitik batuan beku dari intrusi dike trakit di G. Muria; gambar kiri: posisi nikol sejajar dan gambar kanan: posisi nikol silang
Gambar V.7 Tekstur trakitik pada traki-andesit (intrusi dike di Gunung Muria). Arah orientasi dibentuk oleh mineral-mineral plagioklas. Di samping tekstur trakitik juga masih menunjukkan tekstur porfiritik dengan fenokris plagioklas dan piroksen orto.
b)
Tekstur Intersertal
- Yaitu tekstur batuan beku yang ditunjukkan oleh susunan intersertal antar kristal plagioklas; mikrolit plagiklas yang berada di antara / dalam massa dasar gelas interstitial.
Gambar V.8 Tekstur
intersertal pada diabas; gambar kiri posisi nikol sejajar dan gambar
kanan posisi nikol silang. Butiran hitam adalah magnetit
c)
Tekstur Porfiritik
- Yaitu tekstur batuan yang dicirikan oleh adanya kristal besar (fenokris) yang dikelilingi oleh massa dasar kristal yang lebih halus dan gelas
- Jika massa dasar seluruhnya gelas disebut tekstur vitrophyric .
- Jika fenokris yang berkelompok dan tumbuh bersama, maka membentuk tekstur glomeroporphyritic.
Gambar V.9 Gambar kiri: Tektur porfiritik pada basalt olivin porfirik dengan fenokris olivin dan glomerocryst olivin (ungu) dan plagioklas yang tertanam dalam massa dasar plagioklas dan granular piroksen berdiameter 6 mm (Maui, Hawaii). Gambar kanan: basalt olivin porfirik yang tersusun atas fenokris olivin dan glomerocryst olivin (ungu) dan plagioklas dalam massa dasar plagioklas intergranular dan piroksen granular berdiameter 6 mm (Maui, Hawaii)
d)
Tekstur Ofitik
Yaitu
tekstur batuan beku yang dibentuk oleh mineral plagioklas yang
tersusun secara acak dikelilingi oleh mineral piroksen atau olivin
(Gambar V.10). Jika plagioklasnya lebih besar dan dililingi oleh
mineral ferromagnesian, maka membentuk tekstur subofitic
(Gambar V.11). Dalam suatu batuan yang sama kadang-kadang dijumpai
kedua tekstur tersebut secara bersamaan.
Secara
gradasi, kadang-kadang terjadi perubahan tektur batuan dari
intergranular menjadi subofitik dan ofitik. Perubahan tektur tersebut
banyak dijumpai dalam batuan beku basa-ultra basa, contoh basalt.
Perubahan tekstur dari intergranular ke subofitic dalam basalt
dihasilkan oleh pendinginan yang sangat cepat, dengan proses nukleasi
kristal yang lebih lambat. Perubahan terstur tersebut banyak dijumpai
pada inti batuan diabasik atau doleritik (dike basaltik). Jika
pendinginannya lebih cepat lagi, maka akan terjadi tekstur
interstitial latit antara plagioclase menjadi gelas membentuk tekstur
intersertal.
Gambar V.10 Tekstur
ofitik pada doleritik (basal); mineral plagioklas dikelilingi oleh
mineral olivin dan piroksen klino
Gambar V.11 Tekstur
subofitik pada basal; mineral plagioklas dikelilingi oleh mineral
feromagnesian yang juga menunjukkan tekstur poikilitik
V.5.
Komposisi Mineral pada Batuan Beku
Komposisi
mineral pada batuan beku ditentukan dari komposisi kimiawinya.
Didasarkan atas komposisi mineral mafik dan felsik yang terkandung di
dalamnya, batuan beku dapat dikelompokkan dalam tiga kelas, yaitu
asam, intermediet dan basa. Batuan beku asam tersusun atas mineral
felsik lebih dari 2/3 bagian; batuan beku intermediet tersusun atas
mineral mafik dan felsik secara berimbang yaitu felsik dan mafik 1/3
hingga 2/3 secara proporsional; dan batuan beku basa tersusun atas
mineral mafik lebih dari 2/3 bagian (Tabel V.4).
Tabel V.4. Nama-nama batuan beku baik intrusi, ekstrusi dan batuan
gunung api yang didasarkan atas kandungan mineral mafik dan
felsiknya; mineral-mineral mafik: piroksen
(olivin, klino- dan ortho-piroksen, amfibol dan biotit) dan
mineral-mineral felsik: K-Feldspar, kuarsa
Afinitas
batuan
|
Mafik
|
Felsik
|
Nama
batuan
|
||||
Intrusif
|
Ekstrusif
|
Vulkanik
|
|||||
Asam
|
<1/3
|
>2/3
|
Gabro,
diabas
|
Basalt
|
Basalt
|
||
Intermediet
|
1/3-2/3
|
1/3-2/3
|
Diorit
|
Andesit,
trakit
|
Andesit,
trakit
|
||
Basa
|
>2/3
|
<1/3
|
Granit,
syenit
|
Riolit,
trakit
|
Riolit,
trakit
|
Komposisi
mineral juga dapat menunjukkan seri magma asalnya, yaitu toleeit,
kalk-alkalin atau alkalin. Batuan-batuan dengan seri magma toleeit
biasanya banyak mengandung mineral rendah Ca, batuan-batuan seri
kalk-alkalin biasanya mengandung mineral tinggi Ca (seperti augit,
amfibol dan titanit), sedangkan batuan seri alkalin banyak mengandung
mineral-mineral tinggi K (seperti mineral piroksen klino). Tabel V.6
menunjukkan sifat-sifat mineral penyusun dalam seri batuan toleeit,
kalk-alkalin dan alkalin. Ketiga seri batuan tersebut hanya dapat
terbentuk pada tatanan tektonik yang berbeda; seri toleeit berkembang
pada zona punggungan tengah samudra (MOR); seri kalk-alkalin
berkembang dengan baik pada busur magmatik; dan seri alkalin
berkembang pada tipe gunung api rifting.
Tabel V.6. Tiga tipe seri magmatik batuan beku
dengan limpahan mineral penunjuknya
NORMS |
SERI MAGMATIK
|
|||
Tipe Toleeitik | Tipe Kalk-alkalin | Tipe Alkalin | ||
Ortopiroksen | Ortopiroksen | Tanpa Ortopiroksen | ||
Piroksen rendah Ca | Sebagai fenokris dan massa dasar | Sebagai fenokris | Jarang | |
Magnetit | Terbentuk di akhir | Terbentuk di awal | Bervariasi | |
Oksida Fe-Ti | Biasanya ilmenit | Magnetit dan ilmenit | Bervariasi | |
Amfibol | Hanya berasal dari diferensiasi silika | Melimpah, kecuali dari magma primitif | Dijumpai di semua jenis | |
Sifat kimia | Mg > Ca (Mg untuk Ol, OPX dan CPX) | Ca > Mg (Ca pada augit, amfibol, titanit) | Ca+Na > Mg (Ca+Na pd CPX, amfibol, aegirin, dll) | |
MOR | Ya | Tidak | Tidak | |
Busur kepulauan/ busur magmatik | Ya | Tidak | Tidak | |
Gunung api di belakang busur magmatik | Ya | Ya | Ya |
Tabel V.7. Beberapa tipe magma dari batuan gunung api berdasarkan
kandungan silika dan keterdapatannya dari tatanan tektoniknya
SiO2 (%) | Tipe magma | Nama batuan seri gunung api | Tatanan tektoniknya |
< 50 | Basa / mafik | Basal | Mid oceanic ridge basalt |
50-65 | Intermediet / menengah | Andesit | Busur kepulauan dan busur magmatik dangkal |
65-70 | Asam / felsik rendah Si | Dasit | Busur magmatik: lempeng benua dengan dapur magma tengah (B) |
>70 | Asam / felsik kaya Si | Riolit | Busur magmatik: segregasi pada lempeng benua dengan dapur magma dalam (A) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar