PENGINDERAAN JAUH
2.1
Pengertian Penginderaan Jauh
Pengindraan jauh
merupakan suatu pengambilan atau pengukuran data/informasi mengenai
sifat dari sebuah fenomena, objek,atau benda dengan menggunakan
sebuah perekam tanpa berhubungan langsung dengan objek yang akan
dikaji. Beberapa ahli berpendapat bahwa Pengindraan jauh merupakan
suatuteknik yang dikembangkan untuk memperoleh data di permukaan
bumi, jadi pengindraan jarak jauh sekedar suatu teknik. Dalam
perkembangannya ternyata inderaja seringkali berfungsi sebagai suatu
ilmu seperti yang dikemukakan oleh Everett Dan Simonett (1976):
Penginderaan jauh merupakan suatu ilmu, karena terdapat suatu
sistimatika tertentu untuk dapat menganalisis informasi dari suatu
objek atau permukaan bumi yang akan dikaji. Ilmu ini harus
dikoordinasi dengan beberapa pakar ilmu lain seperti ilmu geologi,
tanah,perkotaan dan lain sebagainya.
Pendapat lain
mengenai Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh
informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis
data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan
obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji. (Lillesand & Kiefer,
1994). Penginderaan jauh dalam bahasa Inggris terjemahannya remote
sensing,
sedangkan di Perancis lebih dikenal dengan istilah teledetection,
di Jerman disebut farnerkundung
distantsionaya (Rusia),
dan perception
remota (Spanyol).
Meskipun masih tergolong pengetahuan yang baru, pemakaian
penginderaan jauh cukup pesat. Pemakaian penginderaan jauh itu antara
lain untuk memperoleh informasi yang tepat dari seluruh Indonesia
yang luas. Informasi itu dipakai untuk berbagai keperluan, seperti
mendeteksi sumber daya alam, daerah banjir,kebakaran hutan, dan
sebaran ikan di laut. (lihat gambar 2.1)
Gambar
2.1. Merupakan
salah satu contoh hasil penginderaan jauh dari satelit NOAA.
1.
Citra Foto
Dalam penginderaan
jauh di dapat masukkan data atau hasil observasi yang disebut citra.
Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu obyek
yang sedang diamati, sebagai hasil
liputan atau rekaman suatu alat pemantau. Sebagai contoh, memotret bunga di taman. Foto bunga yang berhasil kita buat itu merupakan citra bunga tersebut. Lihat gambar 2.2.
liputan atau rekaman suatu alat pemantau. Sebagai contoh, memotret bunga di taman. Foto bunga yang berhasil kita buat itu merupakan citra bunga tersebut. Lihat gambar 2.2.
Gambar
2. 2 di
potret/ difoto dari arah horizontal
Hasil foto secara
horizontal tampak sangat berbeda (lihat gambar 2.2) dibandingkan
dengan hasil pemotretan dari atas atau udara. Lihat gambar 2.3.
dibawah ini.
(a)
(b)
Gambar
2.3. Perubahan
dari foto udara (a) menjadi sebuah peta (b) dengan skala yang tetap.
Menurut Hornby
(1974)
Citra adalah gambaran yang terekam oleh kamera atau alat sensor lain.
Sedangkan menurut Simonett,
dkk (1983)
Citra adalah gambar rekaman suatu obyek (biasanya berupa gambaran
pada foto) yang didapat dengan cara optik, electrooptik,
optik-mekanik, atau electromekanik. Di dalam bahasa Inggris terdapat
dua istilah yang berarti citra dalam bahasa Indonesia, yaitu “image”
dan “imagery”, akan tetapi imagery dirasa lebih tepat
penggunaannya (Sutanto, 1986). Agar dapat dimanfaatkan maka citra
tersebut harus diinterprestasikan atau diterjemahkan/ ditafsirkan
terlebih dahulu.
2.Jenis
Citra
Citra dapat
dibedakan atas citra foto (photographyc image) atau foto udara dan
citra non foto (non-photograpyc image).
1.
Citra Foto
Citra foto adalah
gambar yang dihasilkan dengan menggunakan sensor kamera. Citra foto
dapat dibedakan atas beberapa dasar yaitu:
a.
Spektrum Elektromagnetik yang digunakan
Berdasarkan spektrum
elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat dibedakan atas:
1) Foto ultra
violet yaitu
foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum ultra violet dekat
dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer. Cirinya tidak banyak
informasi yang dapat disadap, tetapi untuk beberapa obyek dari foto
ini mudah pengenalannya karena kontrasnya yang besar. Foto ini sangat
baik untuk mendeteksi; tumpahan minyak di laut, membedakan atap logam
yang tidak dicat, jaringan jalan aspal, batuan kapur.
2) Foto
ortokromatik yaitu
foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum tampak dari saluran biru
hingga sebagian hijau (0,4 – 0,56 mikrometer). Cirinya banyak obyek
yang tampak jelas. Foto ini bermanfaat untuk studi pantai karena
filmnya peka terhadap obyek di bawah permukaan air hingga kedalaman
kurang lebih 20 meter. Baik untuk survey vegetasi karena daun hijau
tergambar dengan kontras.
3) Foto
pankromatik yaitu
foto yang menggunakan seluruh spectrum tampak mata mulai dari warna
merah hingga ungu. Kepekaan film hampir sama dengan kepekaan mata
manusia. Cirinya pada warna obyek sama dengan kesamaan mata manusia.
Baik untuk mendeteksi pencemaran air, kerusakan banjir, penyebaran
air tanah dan air permukaan.
4) Foto infra
merah asli (true infrared photo),
yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum infra merah dekat
hingga panjang gelombang 0,9 – 1,2 mikrometer yang dibuat secara
khusus. Cirinya dapat mencapai bagian dalam daun, sehingga rona pada
foto infra merah tidak ditentukan warna daun tetapi oleh sifat
jaringannya. Baik untuk mendeteksi berbagai jenis tanaman termasuk
tanaman yang sehat atau yang sakit.
5) Foto infra
merah modifikasi,
yaitu foto yang dibuat dengan infra merah dekat dan sebagian spektrum
tampak pada saluran merah dan sebagian saluran hijau. Dalam foto ini
obyek tidak segelap dengan film infra merah sebenarnya, sehingga
dapat dibedakan dengan air.
3.
Wahana
Kendaraan yang
membawa alat pemantau dinamakan wahana. Berdasarkan ketinggian
peredaran wahana, tempat pemantauan atau pemotretan dari angkasa ini
dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Pesawat terbang
rendah sampai medium (Low to medium altitude aircraft), dengan
ketinggian antara 1000 meter sampai 9000 meter dari permukaan bumi.
Citra yang dihasilkan adalah citra foto (foto udara).
b. Pesawat terbang
tinggi (high altitude aircraft) dengan ketinggian sekitar 18.000
meter dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkan ialah foto udara dan
Multispectral Scanner Data.
c. Satelit, dengan
ketinggian antara 400 km sampai 900 km dari permukaan bumi. Citra
yang dihasilkan adalah citra satelit.
2.2
Sistem Penginderaan Jauh
Untuk memudahkan
Anda memahami tentang pengertian umum system penginderaan jauh maka
sistem penginderaan jauh beserta komponen komponennya disajikan
secara skematik pada gambar 2.4. yang ada dibawah ini.
Gambar
2.4. Sistem
Penginderaan Jauh
Gambar
2.5. Skema umum sistim penginderaan jauh
Komponen dan
interaksi antar komponen dalam sistem penginderaan jauh dapat
diuraikan secara ringkas sebagai berikut:
1.
Tenaga untuk Penginderaan Jauh
Pengumpulan data
dalam penginderaan jauh dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan
sensor buatan, untuk itu diperlukan tenaga penghubung yang membawa
data tentang obyek ke sensor. Data tersebut dikumpulkan dan direkam
dengan 3 cara dengan variasi sebagai berikut:
a. Distribusi daya
(force)
Contoh:
Gravitometer mengumpulkan data yang berkaitan dengan gaya tarik bumi.
b. Distribusi
gelombang bunyi
Contoh:
Sonar digunakan untuk mengumpulkan data gelombang suaradalam air.
c. Distribusi
gelombang electromagnetik
Contoh:
Camera untuk mengumpuilkan data yang berkaitan dengan pantulan sinar.
2.3
Pemotretan udara
Pemotretan udara
pada umumnya menggunakan kamera dan film, dan menghasilkan potret
(data analog). Secara garis besar, pemotretan udara dan hasil
ikutannya dalam bentuk peta merupakan bidang kegiatan ilmu geodesi
yang dikenal dengan bidang fotogrametri. Bidang ini meliputi : (1).
Perencanaan pemotretan yang meliputi pemilihan kamera udara, disain
pemotretan, pemilihan film dan cara pemotretan. (2). Pemrosesan
laboratorium, meliputi pencetakan, penyusunan, pengarsipan potret.
(3). Pengolahan dan pemanfaatan seperti penggabungan potret (mosaik),
pembuatan peta topografi.
Potret udara tidak
seperti potret terestris biasa tetapi harus memenuhi persyaratan
khusus dan baku, antara lain :
(1). Dibuat dalam
bentuk potret tegak (vertikal). Dalam hal tertentu pemotretan kadang
dibuat dalam posisi miring (oblique) yang menghasilkan gambar seperti
dapat dilihat pada gambar 2.6. Namun demikian pada umumnya potret
udara dibuat dalam bentuk potret tegak (vertikal)
Gambar
2.6. Jenis potret udara tegak dan miring (oblique)
(2). Dibuat dengan
sistim tumpang tindih (overlap) antara satu potret dengan potret
berikutnya. Cara demikian dilakukan untuk mendapatkan kenampakan 3
dimensi dan untuk keperluan pembuatan peta topografi. Tumpang tindih
ke arah samping juga dibuat dalam jarak lebih pendek, sehingga
seluruh daerah yang dipotret tidak ada yang terlewat. Gambar 5
memperlihatkan bentuk pemotretan yang biasa dilakukan.
Gambar
2.7. Pelaksanaan pemotretan udara
Kamera udara dapat
berupa kamera tunggal atau majemuk, pada umumnya diletakkan di perut
pesawat, di masa lalu diletakkan di luar badan pesawat seperti pada
gambar 6. Untuk mendapatkan potret yang sesuai dengan keperluan dasar
pemotretaan dipertahankan pada posisi mendatar serta diatur selang
pengambilannya secara tetap.
Gambar
2.8. Kamera udara dalam pesawat terbang
Pemotretan udara
menggunakan jenis kamera tunggal, kadang – kadang kamera ganda atau
kamera majemuk dan film yang dipakai dalam pemotretan pada umumnya
dari jenis pankromatik hitam putih dan warna, inframerah hitam putih
dan warna, namun umumnya adalah film pankromatik hitam putih.
Beberapa bentuk potret yang dihasilkan diperlihatkan pada gambar 7 di
bawah ini.
Gambar 2.9. Produk
potret udara yang dihasilkan
2.4
Unsur Interpretasi Citra
Menurut Este
dan Simonett,
1975:
Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara atau citra
dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti
pentingnya obyek tersebut. Jadi di dalam interpretasi citra, penafsir
mengkaji citra dan berupaya mengenali obyek melalui tahapan kegiatan,
yaitu:
•
deteksi
•
identifikasi
•
analisis
Setelah
mengalami tahapan tersebut, citra dapat diterjemahkan dan digunakan
ke dalam berbagai kepentingan seperti dalam: geografi, geologi,
lingkungan hidup dan sebagainya.
•
Deteksi
Deteksi adalah usaha
penyadapan data secara global baik yang tampak maupun yang tidak
tampak. Di dalam deteksi ditentukan ada tidaknya suatu obyek.
Misalnya obyek berupa savana.
•
Identifikasi
Identifikasi adalah
kegiatan untuk mengenali obyek yang tergambar pada citra yang dapat
dikenali berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor dengan alat
stereoskop. Ada 3 ciri utama yang dapat dikenali yaitu:
1.
Ciri spektral
Yaitu ciri yang
dihasilkan oleh interaksi antara tenaga elektromagnetik dengan obyek.
Ciri spektral dinyatakan dengan rona dan warna. Rona atau tone adalah
tingkat kegelapan atau kecerahan obyek pada citra. Adapun faktor yang
mempengaruhi rona adalah:
a.
Karakteristik obyek (permukaan kasar atau halus).
b.
Bahan yang digunakan (jenis film yang digunakan).
c.
Pemrosesan emulsi (diproses dengan hasil redup, setengah redupdan
gelap).
d.
Keadaan cuaca (cerah/mendung).
e.
Letak obyek (pada lintang rendah atau tinggi).
f.
Waktu pemotretan (penyinaran pada bulan Juni atau Desember).
Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam mengamati kenampakan objek dalam foto
udara, yaitu:
a.
Rona dan Warna
Rona atau tone
adalah tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek yang terdapat
pada foto udara atau pada citra lainnya. Pada foto hitam putih rona
yang ada biasanya adalah hitam, putih atau kelabu (lihat gambar 4.2).
Tingkat kecerahannya tergantung pada keadaan cuaca saat pengambilan
objek, arah datangnya sinar matahari, waktu pengambilan gambar (pagi,
siang atau sore) dan sebagainya. Pada foto udara berwarna, rona
sangat dipengaruhi oleh spektrum gelombang elektromagnetik yang
digunakan, misalnya menggunakan spektrum ultra violet, spektrum
tampak, spektrum infra merah dan sebagainya. Perbedaan penggunaan
spektrum gelombang tersebut mengakibatkan rona yang berbeda-beda.
Selain itu karakter pemantulan objek terhadap spektrum gelombang yang
digunakan juga mempengaruhi warna dan rona pada foto udara berwarna.
Gambar
2.10. Rona
fotografi diukur dalam bayangan dari: kelabu putih pada A, kelabu
muda
pada B, kelabu suram pada C, dan kelabu hitam pada D. Dapat juga
dengan pola
yang
jelas: E = seragam; F = berbintik; G = bergaris; H = berkerak; I =
batas
ketajaman;
J = tak jelas. (David, 1993).
2.
Ciri spasial
Ciri
spasial adalah ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi:
b.
Bentuk
Bentuk-bentuk atau
gambar yang terdapat pada foto udara merupakan konfigurasi atau
kerangka suatu objek. Bentuk merupakan ciri yang jelas, sehingga
banyak objek yang dapat dikenali hanya berdasarkan bentuknya saja.
(Lihat gambar 4.3).
Contoh:
1)
Gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, U atau
empat
persegi panjang.
2)
Gunung api, biasanya berbentuk kerucut.
Gambar
2.11. Foto
udara pankromatik hitam putih pabrik gula Madukismo
di
Yogyakarta, tahun 1959. 1 : 7.500 (atas perkenan Bakosurtanal).
c.
Ukuran
Ukuran merupakan
ciri objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi lereng dan
volume. Ukuran objek pada citra berupa skala, karena itu dalam
memanfaatkan ukuran sebagai interpretasi citra, harus selalu diingat
skalanya.
Contoh:
Lapangan
olah raga sepakbola dicirikan oleh bentuk (segi empat)
dan
ukuran yang tetap, yakni sekitar (80 m - 100 m).
d.
Tekstur
Tekstur adalah
frekwensi perubahan rona pada citra. Ada juga yang mengatakan bahwa
tekstur adalah pengulangan pada rona kelompok objek yang terlalu
kecil untuk dibedakan secara individual. Tekstur dinyatakan dengan:
kasar, halus, dan sedang (lihat gambar 2.12).
Misalnya:
Hutan
bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang dan semak
bertekstur halus.
Gambar
2.12. Foto
udara pankromatik hitam putih daerah dekat
Kota
Yogyakarta, tahun 1959. 1 : 7.500 (atas perkenan Bakosurtanal).
Pabrik dapat
dikenali dengan bentuknya yang serba lurus dan ukurannya yang besar
(a), jauh lebih besar dari ukuran rumah mukim pada umumnya. Pabrik
itu berasosiasi dengan lori yang tampak pada foto dengan bentuk empat
persegi panjang dan ronanya kelabu, mengelompok dalam jumlah besar
(b). Lori pada umumnya digunakan untuk mengangkut tebu dari sawah ke
pabrik gula. Oleh karena itulah maka pabrik itu diinterpretasikan
sebagai pabrik gula. Pada saat pemotretannya, pabrik itu sedang aktif
menggiling tebu. Hal ini dapat diketahui dari asapnya yang mengepul
tebal dan tertiup angin ke arah barat daya. Pola perumahan yang
teratur dan letaknya yang berdekatan dengan pabrik gula
mengisyaratkan bahwa perumahan itu merupakan perumahan karyawan
pabrik gula (c). Atap pabrik gula maupun atap perumahan karyawannya
yang berona cerah mengisyaratkan bahwa bangunannya merupakan bangunan
baru. Hal ini diperkuat oleh kenyataan bahwa pohon-pohonan di sekitar
rumah tersebut baru mulai tumbuh. Tanaman pada (a) bertekstur halus,
tanaman tebu (b) yang tampak pada tepi kanan dan tepi atas foto
bertekstur sedang, tanaman pekarangan (c) dan kebun kelapa bertekstur
kasar. Di samping bertekstur sedang, tanaman tebu juga ditandai
dengan tekstur yang seragam untuk daerah cukup luas. Hal ini
disebabkan karena penggarapannya dan penanaman dapat dilakukan secara
serentak. Bagi tekstur tanaman lain pada sawah yang diusahakan oleh
petani, teksturnya berbeda dari petak yang satu ke petak lainnya.
Pada (d) terdapat pohon kelapa yang dapat dikenali berdasarkan
tajuknya yang berbentuk bintang. Berbeda dengan bagian lain yang
tanaman pekarangannya berupa campuran berbagai jenis pohon, pada
bagian (d) ini yang dominan adalah pohon kelapa. Bayangan juga
merupakan salah satu unsur interpretasi citra yang penting. Di dalam
contoh ini, bayangan dapat digunakan untuk mengetahui beda tinggi
relatif antara tanaman tebu dan tanaman pekarangan. Tinggi pohon
kelapa tampak sekitar 5 – 6 kali tinggi tanaman tebu.
e.
Pola
Pola atau susunan
keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak objek bentukan
manusia dan bagi beberapa objek alamiah.
Contoh: Pola
aliran sungai menandai struktur geologis. Pola aliran trelis menandai
struktur lipatan. Permukiman transmigrasi dikenali dengan pola yang
teratur, yaitu ukuran rumah dan jaraknya seragam, dan selalu
menghadap ke jalan. Kebun karet, kebun kelapa, kebun kopi mudah
dibedakan dari hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang
teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.
f.
Bayangan
Bayangan bersifat
menyembunyikan detail atau objek yang berada di daerah gelap.
Meskipun demikian, bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan
yang penting bagi beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan
menjadi lebih jelas.
Contoh: Lereng
terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan, begitu juga
cerobong asap dan menara, tampak lebih jelas dengan adanya bayangan.
Foto-foto yang sangat condong biasanya memperlihatkan bayangan objek
yang tergambar dengan jelas, sedangkan pada foto tegak hal ini tidak
terlalu mencolok, terutama jika pengambilan gambarnya dilakukan pada
tengah hari.
g.
Situs
Situs adalah letak
suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Misalnya permukiman
pada umumnya memanjang pada pinggir beting pantai, tanggul alam atau
sepanjang tepi jalan. Juga persawahan, banyak terdapat di daerah
dataran rendah, dan sebagainya.
h.
Asosiasi
Asosiasi adalah
keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya.
Contoh: Stasiun
kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih
dari satu (bercabang).
i.
Konvergensi Bukti
Konvergensi bukti
ialah penggunaan beberapa unsur interpretasi citra sehingga
lingkupnya menjadi semakin menyempit ke arah satu kesimpulan
tertentu.
Contoh: Tumbuhan
dengan tajuk seperti bintang pada citra, menunjukkan pohon palem.
Bila ditambah unsur interpretasi lain, seperti situsnya di tanah
becek dan berair payau, maka tumbuhan palma tersebut adalah sagu.
3.
Ciri Temporal
Ciri temporal adalah
ciri yang terkait dengan benda pada saat perekaman, misalnya; rekaman
sungai musim hujan tampak cerah, sedang pada musim kemarau tampak
gelap.
Penilaian atas
fungsi obyek dan kaitan antar obyek dengan cara menginterpretasi dan
menganalisis citra yang hasilnya berupa klasifikasi yang menuju ke
arah teorisasi dan akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari penilaian
tersebut. Pada tahapan ini interpretasi dilakukan oleh seorang yang
sangat ahli pada bidangnya, karena hasilnya sangat tergantung pada
kemampuan menafsir citra.
2.5
Manfaat Penginderaan Jauh
Anda tahu pada saat
ini, pemanfaatan penginderaan jauh sebagai salah satu sumber
informasi telah menunjukkan peningkatan yang cukup pesat. Beberapa
alasan mengapa pemanfaatan penginderaan jauh mengalami peningkatan
antara lain:
1. Melalui
penggunaan citra akan diperoleh gambaran objek permukaan bumi dengan
wujud dan posisi yang mirip dengan kenyataannya, relatif lengkap, dan
dapat meliput wilayah yang luas.
2. Dengan adanya
teknologi, objek yang terekam dalam foto udara memiliki kesan 3
dimensi.
Gambar 2.13.
Pengamatan 3D dengan alat stereoskop
3. Melalui citra,
dapat diketahui gejala atau kenampakan di permukaan bumi seperti
kandungan sumber daya mineral suatu daerah, jenis batuan, dan
lain-lain dengan cepat, yaitu melalui citra yang menggunakan sinar
infra merah.
4. Citra dapat
dengan cepat menggambarkan objek yang sangat sulit dijangkau oleh
pengamatan langsung (lapangan). Contohnya satu lembar foto udara
meliputi luas 132 km2 direkam dalam waktu kurang 1 detik.
5. Dapat
menggambarkan atau memetakan daerah bencana alam dalam waktu yang
cepat seperti daerah yang terkena gempa, wilayah banjir, dan
sebagainya.
6. Melalui
penginderaan jauh dapat diperoleh data atau informasi yang cepat,
tepat dan akurat.
Berbagai Pemanfaatan
Penginderaan Jauh dalam
berbagai bidang kehidupan, khususnya di bidang
kelautan,
hidrologi, klimatologi, lingkungan dan kedirgantaraan.
1.
Manfaat di bidang kelautan (Seasat, MOSS)
• Pengamatan sifat
fisis air laut.
• Pengamatan
pasang surut air laut dan gelombang laut.
• Pemetaan
perubahan pantai, abrasi, sedimentasi, dan lain-lain.
2.
Manfaat di bidang hydrologi (Landsat, SPOT)
• Pengamatan DAS.
• Pengamatan luas
daerah dan intensitas banjir.
• Pemetaan pola
aliran sungai.
• Studi
sedimentasi sungai.
• Dan lain-lain.
3.
Manfaat di bidang klimatologi (NOAA, Meteor dan GMS)
• Pengamatan iklim
suatu daerah.
• Analisis cuaca.
• Pemetaan iklim
dan perubahannya.
• Dan lain-lain.
4.
Manfaat dalam bidang sumber daya bumi dan lingkungan (landsat, Soyuz,
SPOT)
• Pemetaan
penggunaan lahan.
• Mengumpulkan
data kerusakan lingkungan karena berbagai sebab.
• Mendeteksi lahan
kritis.
• Pemantauan
distribusi sumber daya alam.
• Pemetaan untuk
keperluan HANKAMNAS.
• Perencanaan
pembangunan wilayah.
• Dan lain-lain.
5.
Manfaat di bidang angkasa luar (Ranger, Viking, Luna, Venera)
• Penelitian
tentang planet-planet (Jupiter, Mars, dan lain-lain).
• Pengamatan
benda-benda angkasa.
• Dan lain-lain.